Home » , , , , » KULIT SEJARAH KOMUNISME DI INDONEISA

KULIT SEJARAH KOMUNISME DI INDONEISA


KULIT SEJARAH KOMUNISME DI INDONEISA

OLEH: ASRIADI (PDF tersedia di akhir)

Prolog
K
omunisme merupakan salahsatu bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa Indoneisa. Banyak sejarah yang telah dengan secara jelas dipaparkan didalam teks book yang dapat kita pelajari bahkan mungkin ada pula berjuta kisah lain yang terkubur bersama mereka yang telah gugur dalam perjuangannya.

MelaLui tulisan singkat ini, kita dapat mengetahui secara garis besar alur komunisme dalam peradaban Indonesia khususnya. Tulisan ini masih sangat dangkal namun cocok untuk pemula yang haus akan potongan-potongan lembar perjuangan bangsa.

BAGIAN KE-I
Datang bersama Penjajah

M
ei 1914 ketika Indonesia masih dalam jajahan Hindia belanda datang 85 tokoh komunis Belanda dari partai sosialis Belanda, mereka datang ke Indonesia dan membentuk asosiasi buruh. Mereka merekrut buruh-buruh pelabuhan , pabrik dan perusahaan lalu membentuk ISDV (Indies Social Democratic Association) Asosiasi Perburuhan Hindia Belanda dengan ide Marxis untuk menentang kekuasaan kolonial yang Kapitalis. Pengurus inti ISDV adalah orang-orang Belanda dan anggotanya adalah orang Indonesia yang terdiri dari petani buruh yang dijanjikan kesejahteraan, keamanan. Banyak buruh-buruh yang tidak faham diwaktu itu sehinga pengikut ISDV semakin hari semakin banyak.

1917 ISDV memprovokasi para buruh untuk melakukan   pemogokan massal, membakar pabrik dan perkebunan menuntut pemerintah Hindia Belanda untuk menolak Kapitalis dan mengganti dengan Komunis. ISDV melakukan kerusuhan sosial terhadap belanda hanya untuk meruntuhkan Sistem Kapitalis dan mengganti pemerintahan Hindia Belanda dengan Komunis, bukan untuk kemerdekaan Indonesia. (Hal ini menjadi argument PKI yang menyatakan PKI berjuang untuk kemerdekaan Indonesa).

(Henk-sneevliet: Pelopor ISDV)

Karna melakukan kerusuhan massal maka ISDV ditangkap oleh pemerinahan Hindia Belanda dan dikembalikan kenegeri Belanda kecuali yang dianggap tidak terlibat dalam pemberontakan dapat tetap tinggal di Indonesia. Ketua ISDV pun ikut dipulangkan ke Belanda. Namun ISDV tidak dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda mengingat anggotanya di Indonesia sangat benyak dan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Mei 1920, ISDV yang tersisa menggelar kongres di semarang dan mengganti nama menjadi perserikatan Komunis  Hindia belanda (PKH). Yang dipimpin oleh dua orang  Indonesia Semaun sebagai ketua dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua, sebelum kedatangan ISDV dua tokoh ini masuk kedalam Sarekat Islam yang sebelumnya bekerjasama dengan ISDV karna Sarikat Islam mengira pergerakan ini hanyalah asosiasi buruh tidak ada kaitan dengan komunis. ISDV juga anti kapitalis dan Sarikat Islam juga anti kapitalis. berdasarkan dua alsan itulah mereka menjalin kerjasama. Ketika diganti menjadi PKH Sarikat Islam yang dipimpin oleh H. Oemar Said Cokroaminoto (H.O.S Cokroaminoto) menolak kerjasama kembali dengan PKH.

1924 Akhirnya perserikatan komunis Hindia Belanda mengganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). 1926 hingga 1927 karna merasa lebih kuat dari sebelumnya dengan anggota yang lebih banyak dianggotakan oleh buruh, petani dan masyarakat miskin PKI melakukan kerusuhan dengan membakar pabrik, perusahaan dan perkebunan. Melakukan kerusakan dimana-mana yang sangat luar biasa. 

Pimpinan Hindia Belanda marah dan akhirnya pemimpin PKI saat itu Darsono, Muso dkk. ditangkap dan dibuang ke Moskow (Rusia) sementara petani dan buruh anggota PKI yang berjumlah 13 ribu, puluhan-nya digantung dijalan-jalan, ratusan disiksa dan ada pula yang dibuang di Tanah Merah Papua. “PKI senang mengorbandan buruh dan petani”

Pada tahun yang sama, ketua pendiri ISDV yang telah dipulangkan ke Belanda dan anggota komunis di Belanda mewakili PKI menghadiri kongres komunis di Jerman, Cina dan Moskow. Ditahun 1927 pemerntah Hindia Belanda di Indonesia membubarkan PKI karna perbedaan kiblat antara Kapitalis dan Komunis.

(H. Oemar Said Cokroaminoto)

BAGIAN KE-II
Mencari Moment yang Tepat

P
embesar PKI yange berada diluar Indonesia tidak berani pulang ke Indonesia karna Indonesia masih dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan yang dirumuskan oleh tokoh Islam dan tokoh Nasionalis berhasil dilaksanakan. Diantara tokoh Islam adalah K.H. Wahid Hasjim (pimpinan NU) bapak dari Abdurrahman Wahid , K.H. Abdul Kohar Mudzakir (pimpinan Muhammadiyah), K.H. Agus Salim (pimpinan Sarikat Islam) dan dari tokoh Nasionalis ada Bung karno, Hatta, Moh. Yamin dkk. Kemerdekaan tidak oleh PKI. PKI tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia.

Lengsernya Belanda dari Indonesia membuat PKI berani kembali ke Indonesia akan tetapi kembalinya PKI tidak disaat Indonesia sedang dijajah oleh Jepang. Kemanakah mereka?

(K.H. Wahid Hasjim)

Dua bulan setelah kemerdekaan Indonesia PKI kembali mendeklarasikan eksistensinya yang saat itu diketuai oleh Musso. Kehadiran mereka tidak dianggap oleh tokoh kemerdekaan Indonesia sebagai pejuang kemerdekaan. Sama sekali tidak disambut, membuat PKI melakukan teror. PKI bergerak di basis mereka seperti Tegal, Brebes, Pekalongan dan Malang. Aparat negera ditangkap dan dipaksa turun jabatan jika tidak bersedia turun maka akan dibunuh. Bupati, camat dan kepala desa menjadi korban. Tentara ditangkap di Cirebon dan Banten, Bupati Lebak dibunuh dijembatan. Seorang tokoh nasionalis Otto Iskandar Dinata (Menteri Negara pada kabinet pertama Indonesia 1945) diduga ditangkap dan dibunuh karna tidak setuju dengan faham Komunis hingga saat ini jenazahnya belum pernah ditemukan. Di Jawa Barat PKI tidak memiliki basis, mereka lemah karna Jawa Barat basis Islam bukan basis PKI.
            
Hasil teror yang dilakukan oleh PKI adalah dapat merebut Brebes, Malang, Serang, Tanggerang karna pemerintahan yang baru merdeka masih lemah. PKI dipanggil oleh Bung Karno untuk tidak lagi mengganggu rakyat.

BAGIAN KE-III
Deal-deal Tokoh Besar

T
ahun 1947 Sukarno tidak memiliki banyak pilihan maka diangkatlah seorang perdana mentri dari golongan PKI dialah Amir Sjarifoeddin Harahap. Agar PKI tidak lagi melakukan pemberontakan dan penbunuhan dimana-mana. Belum lagi ancaman Belanda untuk datang kembali ke Indonesia benar-benar membuat Sukarno tidak memiliki banyak pilihan.

(Amir Sjarifoeddin Harahap)

Ketika Amir menjadi perdana mentri, lini-lini pemerintahan diisi oleh anggota PKI termasuk dalam kalangan tentara, polisi, camat, bupati ikut diisi oleh PKI. Hal ini membuat gejolak dikalangan tokoh kemerdekaan dan mendatangi Sukarno untuk memberhentikan Amir sebagai perdana mentri. Bung Karno tidak punya asalan saat itu untuk  memberhentikan Amir. Januari 1948 terjadi perjanjian antara Indonesia yang diwakili perdana mentri Amir dengan Belanda (Perjanjian Renville) yang ditandatangani di atas geladak kapal perang Amerika Serikat yang isi perjanjian itu (tiga bulir penting) merugikan Indonesia diantaranya  yaitu mengizinkan Belanda masuk kembali ke Indoneisa, hal ini membuat marah Ulama, tokoh Nasionalis sehingga beramai-ramai mendatangi Sukarno dan akhirnya 23 Januari 1948 Amir diberhentikan dari kedudukan perdana mentri dan kabinetnya dibubarkan. Diangkatlah Moh. Hatta sebagai perdana mentri menggantikan Amir.


(USS Renville)

Langkah pertama Moh. Hatta melaksanakan Re-Ra (Reontruksi & Rasionalisasi) dengan memberhentikan anggota PKI dari lapisan pemerintahan. Hal ini membuat marah PKI, tokoh PKI dari Cina dan Moskow beramai-ramai datang ke Indoneisa. Bulan agustus 1948 mereka mengadakan kongres untuk melawan Hatta.

Alhasil pada 10 september PKI mengumumkan satu negara baru Negara Soviet Indonesia di Madiun dengan presidennya Muso dan wakilnya Amir, Sukarno memberikan peringatan namun tidak digubris oleh PKI. Ulama dimadiun dan Magetan diserbu PKI dan dibunuh. Kepala rumah sakit Solo diculik dan dibunuh. 17 september 108 santri dan ustadz ditangkap dan dibawa disuatu sumur di Magetan disembelih dan dimasukkan kedalam sumur.
 “Jawa tengah jatuh ketangan PKI”

BAGIAN KE-IV
Bagai Banjir di Musim Kemarau

S
Eptember, PKI menciptakan ladang pembantaian. Antaranya
dipabrik Gorang-gareng Magetan. Karna terlalu banyak yang menjadi korban pembantaian didalam pabrik gula itu banjir darah yang tingginya lebih dari mata kaki. Tujuh Sumur Neraka juga dibuat oleh PKI yang didalamnya terdapat mayat bupati, camat, kepolosian, kiai, santri. Dalam setiap sumur terdiri dari 200 hingga 300 mayat, sumur-sumur ini ada di kabupaten Magetan.

1950 beberapa anggota PKI yang “insaf” menunjukkan lokasi pembantaian kepada keluarga korban yang ditinggalkan semenjak penculikan. Januari, ribuan masyarakat Magetan, Madiun menggali sumur-sumur itu dan menemukan ribuan mayat didalamnya dengan keadaan leher yang tersembelih.

Jendral Sudirman bersama tentara republik Indonesia turun mengepung PKI dari Jawa Barat. Gatot Subroto juga ikut mengepung PKI dari Jawa Timur. Berperang selama 12 hari 12 malam untuk menumbangkan markas PKI di Jawa Tengah. Karna merasa diserang dan kalah, pada 4 Oktober tawanan dibunuh oleh PKI. Ribuan tawanan dari madiun, sukorejo, Surakarta dan banyak lagi tewas. Dengan kerja keras yang nyata akhir November PKI berhasil dikalahkan. “PKI pecundang !!”

Banyak tokoh meminta Sukarno membubarkan PKI dengan mengeluarkan Dekret Presiden namun Sukarno tidak bersedia dengan alasan PKI hanyalah kesalahan segelintir orang sehingga pada akhirnya permintaan para tokoh ditolak, PKI tidak dibubarkan. PKI diambil alih oleh D.N. Aidit. Ditangan Aidit PKI merangkul Bung Karno dengan mendukung penuh seluh program Bung Karno.


(Dipa Nusantara Aidit)

BAGIAN KE-V
Tidak Terlihat, Meski di Depan Mata

T
ahun 1951 PKI mendeklarasikan diri dan tahun 1955 PKI resmi mengikuti pemilihan umum dan menang 4 besar setelah PNI, Masyumi dan NU. Menang pemilu dan makin dekat dengan Bung Karno membuat ulama berang. September 1957 digelar kongres ulama se Indonesia di Palembang yang menghasilkan usulan kepada Sukarno untuk mengeluarkan Dekret membubarkan PKI. Kongres ini bukan kongres organisasi manapun melainkan Ulama, namun lagi-lagi ditolak oleh Bung Karno.

Akhirnya segelintir tokoh islam bersama TNI di Sumatera marah terhadap Sukarno mengkritisi dan mengkoreksi pemerintahan Sukarno dengan menderikan PRRI. Konsolidasi PRRI tidak kuat dan dapat dipadamkan oleh Bung Karno. 1960 PKI kembali memprovokasi Bung Karno untuk menghasilkan pemikiran bahwa Nasionalis, Ulama dan PKI harus bersatu sehingga dihasilkanlah Nasakom yang banyak didukung terutama oleh PKI kecuali Masyumi. Nasakom menurut Sukarno merupakan Politik Jalan Tengah. Ditahun itu juga Masyumi sebagai partai islam terbesar dibubarkan Sukarno.

PKI juga sudah menghitung bahwa keamanan Indonesia masih kurang kuat sehingga jika terjadi konflik akan berujung kekalahan. Maka PKI mengusulkan kepada Sukarno agar patani dan buruh di Indonesia dipersenjatai. Ulama protes, GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) melakukan demonstrasi menolak keputusan itu, alhasil GPII dibubarkan oleh Bung Karno. Ulama yang memprotes Sukarno juga dipenjarakan diantara mereka adalah Buya Hamka, Soleh Iskandar karna anti PKI.

Juli 1965 secara resmi Bung Karno mengizinkan pembentukan angkatan kelima yakni buruh dan tani yang diberikan senjata. PKI mendatangkan 2000 kadernya dijakarta untuk dilatih menggunakan senjata dan berperang di Halim Perdana Kusuma. Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak adalah partai politik Indonesia yang didirikan pada 7 November 1948 oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni dan Adam Malik: Tan Malaka Juga banyak menulis tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam karya fenomenalnya “Madilog” ) memberitahukan Sukarno bahwa PKI ingin melancarkan kudeta, mendengar berita itu PKI meminta kepada sukarno untuk membubarkan partai MURBA dan partai MURBA dibubarkan pada  21 September 1965.

(Tan Malaka)

BAGIAN KE-VI
Huru-hara

30
September, Angkatan Darat sudah gerah dengan PKI karna banyak prajurut yang direkrut sepihak oleh PKI. PKI merasa terancam dari Angkatan Darat maka PKI menurunkan masa puluhan ribu di Jakarta. Malam harinya tujuh jendral mereka culik dan dibawa kelubang buaya lalu dibunuh. Jendral yang tidak terbunuh saat itu adalah Jendral Abdul Haris Nasution namun pengawal dan putrinya berusia 5 tahun ditembak sehingga luka parah dan beberapa hari kemudian mati, dia Ade Irma Nasution. Di Jogjakarta, Katamso ditangkap dan dibunuh. “BIADAB!!”

1 Oktober 1965, Radio Republik Indonesia dikuasai PKI dan mengumumkan bahwa dihari itu kekuasaan telah diambil alih PKI dan Sukarno tetap menjadi seorang presiden. Peristiwa ini kita kenal dengan Aksi pasukan G30S yang dikomandani Letkol Untung Sjamsuri.


(Kiri pembaca: Untung Sjamsuri)
                

Letnan Jendral Suharto dimintai oleh teman-temannya untuk memimpin TNI angkatan darat. Akhirnya Suharto memerintahkan Resimen Para Komando Angkatan Darat RPKAD (sekarang disebut KOPASUS) yang dipimpin oleh Sarwo Edhie Wibowo (mertua SBY) menyerbu Radio Republik Indonesia (RRI) dan berhasil
Text Box: "Berapa lama waktu yang dibutuhkan?" tanya Soeharto.

"20 menit Pak," jawab Sarwo Edhie.

Suharto mengumumkan bahwa kudeta PKI gagal, negara telah diamankan TNI dan Sukarno tetap menjadi presiden.

5 Oktober dikeluarkan jenazah yang ada di Lobang Buaya, NU marah karna kekejaman PKI. 13 Oktober NU bersama Ansor turun dikota-kota besar di pulau Jawa menolak kekejaman PKI. PKI merasa tersinggung, dibasis-basis PKI Kiyai NU disembelih dimasukkan ke sumur. Bentrok besar-besaran NU dan PKI terjadi dikampung-kampung. Saling bunuh dan saling hantam itulah yang terjadi. PKI ditumbangkan Banser dan NU.

PKI lalu dibubarkan dengan TAP MPRS. Hingga saat ini masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo menegaskan tidak akan mencabut TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia. Pemerintah tidak memberi ruang kepada PKI.

BAGIAN KE-VII
Epilog dari Penulis

S
ejarah bukan hanya tentang pergerakan besar, bukan hanya tentang pemerintah, bukan hanya tentang tokoh hebat. Namun sejatinya, sejarah adalah apa yang pernah ada dan terjadi dimasa lalu. Sejarah tidak dapat diubah, walaupun mungkin ada yang dengan usaha kejinya membuat tipu muslihat didalamnya. Sejarah memiliki kepentingan masa kini dan bahkan untuk masa yang akan datang.
                PKI datang bersama kolonialisme dan menggerogoti Indonesia semenjak pra kemerdekaan hingga Orde Baru dan “mungkin” masih eksis sampai saat ini walaupun keberadaannya yang diselubungi.

Mengingat sepak terjang PKI yang sangat brutal seyogyanya menjadikan kita bangsa Indonesia kembali saling menguatkan semangat dalam kesatuan dan ke bhinekaan. “Masa lalu adalah kenangan, sekarang adalah kenyataan dan masa depan adalah misteri” sebagai suatu perumpamaan yang sangat indah dalam sastra kata namun sangat pedih dan sulit dalam kenyataan.

Kekejaman PKI yang berlangsung lebih dari 50 tahun ini pulalah yang selayaknya membuat kita lebih berhati-hati dalam men-judge seorang adalah PKI atau keturunan PKI terhadap siapapun baik dari kalangan masyarakat maupun pemerintahan. Apalagi tanpa sumber dan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.

Akhirnya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan, pengutipan dan lain sebagainya mohon kiranya pembaca dapat meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan nasehat.

Sumber:

Huda, N. (2016) Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Meda.





DOWNLOAD FILE PDF DISINI

0 comments:

Post a Comment

Silahkan tambahkan komentar teman-teman, diharapkan menggunakan kata-kata yang pantas. karna kata-kata menunjukkan siapa kita

Powered by Blogger.

CATATAN BEBERAPA OBAT PENTING

Tulisan ini dibuat oleh Asriadi dan Dian Murnanda pada Desember 2019. Untuk versi PDF dapat diunduh pada link yang tersedia di akhir tulis...

Search This Blog