Home » » LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Teknik Sterilisasi dan Inokulasi

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Teknik Sterilisasi dan Inokulasi

Assalamualaikum

Kali ini saya akan membagikan jurnal laporan praktikum saya kepada kawan-kawan sekalian. semoga bermanfaat dan digunakan semestinya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk dapat meneliti mikroorganisme di laboratorium kita harus dapat menumbuhkan mikroorganisme tersebut .  Mikroorganisme dapat berkembang secara alami ataupun buatan. Substrat yang digunakan manusia dalam dalam mengembangkan dan menumbuhkan mikroorganisme disebut media . Untuk itu harus dipahami jenis – jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Alat – alat yang digunakan dalam perkembangbiakan ini harus disterilkan terlebih dulu , supaya mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak tumbuh , sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Dwijeseputro, 1998).
Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi . Agar biakan bakteri dapat dibuat , maka alat – alat harus disterilisasi sebelum inokulasi . Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda . Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu , penggunaan panas ( pemijaran dan udara panas ) , penyaringan , penggunaan bahan kimia ( etilena oksida , asam perasetat , formal dehida dan glutaraldehida alkalin ) (Dwijeseputro, 1998).
Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja. Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukanpemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemarann. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali. Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran maka dari itu perlu adanya sterilisasi untuk menjadikan alat-alat yang akan digunakan menjadi steril. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali (Dwijeseputro, 1998).
1.2  Prinsip Percobaan
1.2.1 Sterilisasi
Ada dua macam cara yang sering digunakan untuk sterilisasi, yaitu sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven pada suhu 170ºC selama 1 jam dan sterilisasi basah(uap) dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15 menit. Sterilisasi panas kering dipakai untuk peralatan yang terbuat dari logam dan gelas,alat-alat kualitatif dan untuk alat atau bahan-bahan yang tahan suhu tinggi. Sedangkan Sterilisasi basah digunakan untuk peralatan yang terbuat dari plastik tahan panas, karet,set peralatan logam, atau alat-alat kuantitatif yang kurang tahan terhadap pemanasan.
1.1.1.      Inokulasi
Pada percobaan inokulasi yang dilakukan ada tiga metode, yaitu metode gores, metode sebar dan metode tuang. Pada metode gores dan metode sebar Nutrien Agar di masukkan terlebih dahulu kedalam cawan petri diikuti dengan sampel dengan cara digores pada metode gores dan dengan cara di tetesi lalu di sebarkan pada metode sebar hingga inokulum merata di permukaan media yang digunakan. Sedangkan pada metode tuang sampel diletakkan terlebih dahulu lalu diikuti dengan penambahan Nutrien Agar homogenkan sampel yang ada dengan cara dikocok membentuk angka 8 agar inokulum yang berada didasar nutrisi tersebar merata dan tidak menggumpal lalu petri ditutup. Petri di inkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan.
1.3  TUJUAN PERCOBAAN
1.3.1        Sterilisasi
-          Agar praktikan  mengetahui teknik sterilisasi alat-alat yang digunakan     dalam laboratorium mikrobiologi dengan benar.
-          Agar praktikan  mengetahui teknik penyiapan serta penggunaan alat- alat laboratorium dengan baik.
-          Membuat alat-alat yang akan di gunakan menjadi steril agar terhindar dari kesalahan saat melakukan percobaan
1.3.2        Inokulasi
-          Agar praktikan mengetahui perkembangbiakan mikroba berdasarkan beberapa teknik inokulasi
-          Agar praktikan tau teknik inokulasi yang paling sesuai dalam penumbuhan mikroba
-          Agar praktikan tau metode dan prosedur dalam teknik inokulasi
1.4  MANFAAT PERCOBAAN
1.4.1        Sterilisasi
Manfaat dari praktikum ini adalah Praktikan mengetahui teknik sterilisasi yang sesuai untuk alat-alat dan bahan-bahan yang ada di laboratorium agar terhindar dari kelasahan dalam mensterilisasikan alat-alat yang ada dan mengetahui syarat apa saja yang membuat suatu alat layak di sterilisasikan di Autoklaf ataupun pada Oven
1.4.2        Inokulasi
Manfaat melakukan percobaan ini adalah praktikan mampu memahami bahwa pada penumbuhan mikroba dengan teknik inokulasi yang terdiri dari metode gores, metode sebar dan metode tuang menghasilkan biakan mikroba yang berbeda berdasarkan pola tumbuhnya mikroba yang dapat diamati setalah melakukan percobaan. Selain itu dengan melakukan percobaan teknik inokulasi ini mahaiswa mampu memahami perbedaan antara Inokulasi dan Isolasi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Bekerja di laboratorium mikrobiologi tidak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Setiap percobaan kita selalu menggunakan peralatan yang berbeda atau meskipun sama tapi ukurannya berbeda (Winarni, 1997)
Sterilisasi dilakukan di dalam praktikum mikrobiologi bertujuan agar sebelum melakukan praktikum, alat-alat yang digunakan telah ter-sterilisasi agar tidak ada mikroba yang mengkontaminasi dalam praktikum yang akan dilakukan, karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil praktikum yang akan dikerjakan(Winarni, 1997).
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang untuk meneliti apa saja yang terkandung di dalam mikroorganisme. Dalam meneliti mikroorganisme diperlukan teknik atau cara–cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme baik sifat maupun karakteristiknya, tentu diperlukan adanya pengenalan alat yang akan digunakan serta mengetahui cara penggunaan alat–alat yang berhubungan dengan penelitian untuk memudahkan dalam melakukan penelitian (Sumarsih, 2003).
Di dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-alat yang berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang fungsi dan sifat-sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi hampir sama dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di laboratorium kimia yaitu berupa alat-alat gelas antara lain: tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur dan pipet volumetrik, labu ukur, labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter, gelas arloji, termometer, botol tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan rak tabung(Sumarsih, 2003).
Di dalam pekerjaan mikrobiologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran kecil. Di samping peralatan gelas, pada laboratorium mikrobiologi masih ada sejumlah alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop, jarum ose (inokulasi), jarum preparat, gelas objek, kaca penutup, keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator untuk membiakkan mikroorganisme dengan suhu yang konstan, spektrofotometer untuk mengukur kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk mencairkan medium, maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung durham untuk penelitian fermentasi. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi juga harus dalam keadaan steril atau bebas dari kumanserta bakteri, virus dan jamur. Dan untuk mensterilkannya diperlukan pula pengetahuan tentang cara- cara / teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat- alat yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi memiliki teknik sterilisasi yang berbeda (Agus, 2006).
Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba (Sumarsih, 2003).
Pengertian sterilisasi adalah proses pembebasan alat atau bahan baik berupa padat atau cairan dari segala bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.
Sterilisasi umumnya di lakukan dengan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan. Cara lain yang kini dikembangkan adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan panas .
Proses Sterilisasi
Berikut beberpa contoh proses sterilisasi yang sering dilakukan dalam sekala praktikum laboratorium maupun dalam sekala pabrik, diantara yaitu: berikut ini adalah jenis proses bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi:
a.        Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:
1) Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator;
2) Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya;
3) Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap;
4) Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit
     (Ratna, 1993)
b.        Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan langung sampai merah, meayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium. Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (Ratna,1993).
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi 160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.
Berikut adalah tabel daftar suhu dan waktu yang biasa digunakan untuk sterilisasi panas kering dengan oven:
c.         Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir. Metode ini mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, dilakukan sterilisasi bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari 20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan disimpan pada inkubator pada 37oC. Prinsip dari metode ini adalah pada saat pemaparan pertama, uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat (Ratna,1993).
d.   Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22 sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan (Ratna,1993).
Ada beberapa macam filter, yaitu:
1)        Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
2)        Filter Fritted-Glass
Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan ukurannya. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong buhcner.
3)        Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif.
4)        Filter Selas
Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
5)        Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari bahan pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat
(Sumarsih 2003).
e.         Sterilisasi dengan desinfektan
Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol, dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Kepekatan, konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan merupkan faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini (Agus, 2006).
f.         Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung pada bahan kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat sterilisasi gas antara lain:
1)  Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan semua sisa bahan kimia yang digunakan;
2)  Daya bahan bakar yang bersangkutan;
3)  Persyaratan peralatan;
4)  Biaya pelaksanaan (Agus, 2006).
g.        Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar UV kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi (Agus dkk, 2006).
Fungsi Sterilisai
Tujuan utama yaitu mematikan, menyingkirkan atau mengahambat pertumbuhan mikroorganisme adalah :
1. Untuk mencegah inflasi pada manusia, hewan dan tumbuhan.
3. Untuk mencegah gangguan kontaminasi terhadap mikroorganisme.
4. Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai  (Ratna,1993).
2.2 Inokulasi
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangar kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan suatu peralatan khusus. Makhluk ini, yang disebut jasad renik atau mikroorganisme, terdapat di mana-mana. Di antaranya adayangbermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang merugikan seperrimisalnya yang menimbulkan berbagai penyakit. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi, mikologi dan parasitologi. Ilmu-ilmu ini telah berkembang dengan pesarnya dari tahun ke tahun, sehingga merupakan disiplin-disiplin yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri (Agus, 2006)
Dalam mikrobiologi, dipelajari mikroorganisme yang ada kaitannya dengan penyakit (infeksi); dan dicari jalan bagaimana cara pencegahan, penanggulangan serta pemberantasannya. Ilmu ini terus berkembang tanpa hentinyakarena mikroorganisme sebagai makhluk hidup mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yafig baru, sehingga hal ini akan tetap merupakan rantangan bagi ilmu. SebagaiSujudi Ditemukannya jenis-jenis bakteri baru, sifat-sifat yang baru dari bakteri dan jenis infeksi yang "keras kepala" atav yangtidak mau sembuh semuanya ini merupakan btrkti bahwa bakteri-bakteri tadi mampu mengadaptasikan diri terhadap lingkungannya yang baru (Agus, 2006).
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahanjumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakanpembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing-masing individu sel danpertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi.( Sumarsih, 2003)
Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering sel). Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan olehsejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.(Sumarsih, 2003)
Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan
tumbuh memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva pertumbuhan. Pertumbuhan populasi mikrobia dibedakan menjadi duabiakan sistem tertutup (batch culture) dan biakan   sistem terbuka (continous culture). Menurut (Agus Dkk) dalam bukunya yaitu Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran menyebutkan bahwasanya bakteri terbagi menjadi beberapabentuk, diantaranya:
a.       Kapsul
Banyak spesies bakteri mensintesa polimer ekstrasel (pada umumnya polisakarida) yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling sel dan disebut kapsul. Pada medium agar, koloni bakteri berkapsul tarnpak sebagai koloni berlendir. Ijmumnya bakteri berkapsul lebih tahan terhadap efek fagositosis dari daya pertahanan badan. Sejenis kapsul pada Streptococcus tnutans misalnya, dapat melekat erat pada permukaan gigi, membentuk lapisan plaque pada gigi dan mengeluarkan produk asam yang menyebabkan karies gigi (Agus, 2006).
b.      Flagel
Flagel adalah bagian bakteri yang berbentuk seperti benang, yang umumnya terdiri dari protein  dengan diameter 12-30 nanometer. Flagel adalah alat pergerakan. Ada tiga jenis flagel: 1. Monotrikh: flagel tunggal dan terdapat di
bagian ujung bakteri. 2. Lofotrikh: lebih dari satu flagel di satu bagian polar bakteri 3. Amfitrikh: flagel terdapar saru atau lebih di kedua polar dari bakteri 4. Peritrikh: flagel tersebar merata di sekeliling badan bakteri. Protein dari flagel disebut flagellin. Bila suspensi bakteri berflagel kita kocok kuatkuat, maka flagel akan rontok, tetapi flagel tersebut dapat tumbuh lagi sempurna dalam 3-6 menit (Agus, 2006).
c.       Pili = fimbriae
Beberapa bakteri negatif Gram memiliki rambur pendek dan keras yang disebut pili. Pili terdiri dari subunit-subunit protein. Ada dua jenis Pili:
1,. Pili yang memegang peranan dalam adhesi bakteri dengan sel tubuh hospes.
2. Seks Pili yang berfungsi dalam konjugasi dua bakteri.Virulensi dari berbagai jenis bakteri patogen tidak hanya tergantung pada toksin bakteri, tetapi jug^ tergantung pada Colonization Antigen, yangterryata adalah pili biasa. Protein M pada Streptococcus adalah juga lapisan fimbrial yang merupakan antigen permukaan, dan lipoteicholic acid yang ada di alamnya bertanggung jawab pada perlekaran Streptococcus group A pada sel epitel (Agus, 2006).
d.      Endospora
Beberapa genus bakteri dapat membentuk endospora. Yang paling sering membentuk spora ada lah bakteri batang positif Gram Bacillus gents dan Clostridium. Bakteri-bakteri ini mengadakan diferensiasi membentuk spora bila keadaan lingkungannya menjadi jelek, misalnya bila medium di sekitarnya kekurangan nutrisi. Masingmasing sel akan membentuk spora, sedangkan sel induknya akan mengalami otolisis. Spora adalah bakteri dalam bentuk istirahat. Spora bersifat sangat resisten terhadap panas, kekeringan dan zat kimiawi. Bila kondisi lingkungan telah baik kembali spora dapat kembali melakukan germinasi dan memproduksi sel vegetatif. Secara morfologis, proses sporulasi terjadi dengan
c ra isolasi badan inti yang diikuti denganmelipatnya membran sel ke arah dalam (Agus, 2006)
            Pertumbuhan diukur dari perubahan jumlah sel atau berat kering massa sel. Jumlah sel dapat dihitung dari jumlah sel total yang tidak membedakan jumlah sel hidup atau mati, dan jumlah sel hidup (viable count). Jumlah total sel mikrobia dapat ditetapkan secara langsung dengan pengamatan mikroskopis, dalam bentuk sampel kering yang diletakkan di permukaan gelas benda (slide) dan dalam sampel cairan yang diamati menggunakan metode counting chamber, Jumlah sel hidup dapat ditetapkan dengan metode plate count atau colony count, dengan cara ditaburkan pada medium agar sehingga satu sel hidup akan tumbuh membentuk satu koloni, jadi jumlah koloni dianggap setara dengan jumlah sel. Cara ini ada dua macam, yaitu metode taburan permukaan (spread plate method) dan metode taburan (pour plate method) (Sumarsih, 2013).
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril. Hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro,1998).
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :
a.     Menyiapkan ruangan ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan di labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) dimana udara dilewatkan dalam saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
b.    Pemindahan dengan pipet. Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
c.     Pemindahan dengan kawat inokulasi Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel, ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diameternya 1-3 mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya berupa tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986).
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu:
a. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadaannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaan dalam laboratorium pembuatan serum vaksin dan sebagainya/ inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar terkena sinar ultraviolet (Pelczar,1986).
b. Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar,1986).
    c. Pemindahan dengan kawat inokulasi
   Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina taua nikel, ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diameternya 1-3 mm. Dalam melakukan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala api (Gupte, 1990).
Beberapa macam media yang digunakan untuk inokulasi yaitu:
a. Mixed culture: berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme
b. Plate culture: media padat dalam petridish
c. Slant culture: media padat dalam tabug reaksi
d. Stap culture: media padat dalam tabung reaksi, tetapi penanamannya dengan cara penusukkan
e. Liquid culture: media cair dalam tabung reaksi
f. Shake culture: media cair dalam tabung reaksi yang penanamannya dikocok.
Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium dalam cawan petri, dapat digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang) atau spread plate (metode sebar). Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer pada temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri (TIM direkttorat, 2013)
Terdapat beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Termasuk dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Berdasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu, melalui anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Karena jika penggoresan tidak dilakukan dengan baik atau medianya tergores bahkan rusak, maka media tersebut tidak dapat digunakan lagi. Dan hanya penggunaan penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Metode tebar setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah (Winarni, 1997).
Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode agar tuang atau media agar sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme (Pelczar, 2007).
Suatu jenis koloni mikroba yang terpisah dari koloni campurannya akan lebih mudah  untuk diamati. Selain itu teknik untuk memisahkan dan mendapatkan koloni tunggal serta pemeliharannya terdapat beberapa jenis. Teknik-teknik tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count) atau juga  dapat dilakukan penghitungan langsung secara mikroskopis  (Burrows, 2004).
Menurut Hadioetomo (1993), terdapat dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu :
A.    Metode cawan gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997). Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Tim Direktoran, 2013) .
Karena jika penggoresan tidak dilakukan dengan baik atau medianya tergores bahkan rusak, maka media tersebut tidak dapat digunakan lagi. Dan hanya penggunaan penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Metode tebar setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril (Agus, 2006).
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni. Prinsip metode ini yaitu  mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri. Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores (Tim Direkttoran, 2013)
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997).
Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Irianto, 2006).
B.     Metode Tebar
Setetes inokulum diletakkan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petri dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebar dalam medium betang yang sama dapat digunakan menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni yang terpisah-pisah(Winarni, 1997).
Metode sebar atau spread plate dilakukan dengan menyemprotkan suspensi ke atas medium agar kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini diharapkan bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni tunggal. Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar (TIM direktorat, 2013)
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan 125pecimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang kemudian dicawankan. (Winarni, 1997).
C.    Metode Tuang
Metode tuang atau pour plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur suspensi bakteri dengan medium agar pada suhu 50ºC kemudian menuangkannya pada cawan petri atau dengan menyemprotkan suspensi pada dasar cawan petri, kemudian menuang. Medium agar dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk koloni tunggal. Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (TIM direkttorat, 2013).
D.    Metode Tusuk
Salahsatu metode lain yang sering digunakan ialah metode tusuk dimana alat yang digunakan berupa jarum ose memiki perbedaan didalam metode tusuk ini. Untuk jamur maka digunakan kawat Ose yang bebentuk batang sedangkan untuk bakteri dugunakan kawat Ose berbentuk bulat (TIM Direkttrorat, 2013)


BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. ALAT
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
3.1.1. Sterilisasi
- Autoklaf (Express)
- Batang Pengaduk
- Beaker Glass (Pyrex)
- Botol Akuades
- Botol Semprot
- Cawan petri (Pyrex)
- Erlenmeyer (Pyrex 250ml)
- Gelas Ukur (Pyrex)
- Kompor (miyako)
- Lampu Bunsen
- Lemari Pendingin dilenkapi Freezer
- Rak Tabung Reaksi
- Tabung Reaksi
3.1.2. Inokulasi
- Autoklaf (Express)
- Batang L
- Beaker Glas (Pyrex)
- Cawan Petri (Pyrex)
- Gelas Ukur (Pyrex)
- Inkubator (Mammert)
- Kompor (Miyako)
- Lampu Bunsen
- Ose
- Pipet mikro (Eppendorf)
- Rak Tabung Reaksi
- Tabung Reaksi



3.2. BAHAN
            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
3.2.1. Sterilisasi
- Akuades Steril
- Etanol 70%
- Spiritus KOH
3.3.3. Inokulasi
- Aquades
- Etanol 70%
- Media nutrient agar (NA)


3.3. FLOWSHEET
3.3.1. Sterilisasi
 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1. Sterilisasi
NNo
Jenis sterilisasi
Alat yang digunakan
Alat yang disterilkan
Suhu º C/ waktu
1
1
Basah
Autoklaf
Tabung reaksi, labu, erlenmeter, jarum ose
121ºC/ 15 menit
22
Kering
Oven
Cawan petri
170ºC/ 1 jam

4.1.2. Inokulasi

4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Sterilisasi
Beberpa contoh proses sterilisasi yang sering dilakukan dalam sekala praktikum laboratorium maupun dalam sekala pabrik, diantara yaitu Sterilisasi Kering Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan langsung, melayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven)
 Api digunakan untuk mensterilisasi peralatan seperti jarum inokulasi, cawan petri, kaca objek, pinset, mulut tabungbiakan, spatel dan lain-lain. Sesudah disterilkan peralatan tersebut harus didinginkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan, khusus untuk jarum inokulasi dan pipet setelah dipijarkan atau dipanaskan di atas api, selanjutnya didinginkan dalam larutan alkhol 70% kemudian dibakar kembali untuk menghilangkan sisa alkohol, setelah itu dinginkan lagi di dalam larutan alkhol dan dibiarkan/diangin-anginkan dan tidak perlu dibakar lagi.
Sterilisasi kering merupakan sterilisasi dengan udara panas. Alat yang digunakan adalah oven. Cara ini umum dilakukan untuk mensterilkan peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, dan alat-alat gelas lainnya. Prinsip kerja dari alat ini lebih sederhana yaitu pintu oven dibuka dan semua alat-alat yang akan disterilkan disusun rapi. Setelah itu pintu oven ditutup, suhu diseting pada angka 160-180oC selama 1-2 jam. Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan  pada percobaan ini alat-alat kualitatif disterilisasikan dengan metode sterilisasi kering.
Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab dapat diterapkan dengan cara pemanasan menggunakan uap air dengan tekanan(autoklaf) pada suhu yang tinggi, sterilisasi basah ini biasanya digunakan pada alat-alat yang tidak tahan panas, pada sterilisasi basah ini menggunakan suhu 120C selama 30 menit pada autoklaf digital pada percobaan ini alat-alat kuantitatif yang bersifat pengukuran dan bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan tinggi di starilisasikan dengan metode panas basah ini.
4.2.2. Inokulasi
            Teknik inokulasi dapat dilakukan dengan metode gores pada agar datar (streak plate method), Tuang maupun sebar . Proses inokulasi harus benar-benar aseptik atau steril supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Pada hasil pengamatan terlihat adanya bercak putih baik itu pada metode gores, sebar maupun tuang menandakan dalam waktu 24jam inkubasi didalam Autoklaf bakteri mampu berkembang biak Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan olehsejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.(Sumarsih 2003)
            Dari semua teknik yang ada dalam inokulasi, pastilah ada kurang dan lebihnya dari tiap teknik tersebut dimana mengingat berbeda cara berbeda pula penggunaan dan penempatan pemakaiannya. Adapun berdasarkan hasil yang didapat teknik yang lebih menguntungkan adalah teknik gores, Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997).


BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
5.1.1 Sterilisasi
-       Agar praktikan  mengetahui teknik sterilisasi alat-alat yang digunakan     dalam laboratorium mikrobiologi dengan benar.
Dalam sterilisasi terdapat dua metode yang umum yaitu sterilisasi panas lembab atau basah dan sterilisasi kering. Sterilisasi basah dilakukan didalam autoklaf yang mudah diangkat. Sterilisasi basah digunakan untuk mensterilkan bahan apasaja yang dapat ditembus uap airdan tidak rusakbila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110C dan 121C biasa digunakan untuk alat yang bersifat kuantitatif sedangkan sterilisasi kering sering digunkan untuk sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium yang tahan akanpemanasan dan sering digunakanuntuk mensterilkan alat-alat yang bersifat kualitatif saja(Ratna, 1993)
-       Agar praktikan  mengetahui tujuan utama dilakukan sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dalam praktikum mikrobiologi bertujuan agar sebelum melakukan praktikum, alat-alat yang digunakan telah tersteriisasi agar tidak ada mikroba yang mengkontaminasi dalampraktikum yang akan dikerjakan(Winarni 1997)
-       Membuat alat-alat yang akan di gunakan menjadi steril agar terhindar dari kesalahan saat melakukan percobaan
Setelah dikakukan sterilisasi dengan metode yang sesuai dan dengan prosedur yang semestinya dapat dipastikan bahwa alat-alat yang telah di sterilisasi sudah bisa dikatan steril dengan syarat pada saat pengeluaran barang dari Oven ataupun Autoklaf di usahakan agar tidak kontak langsung dengan udara luar makadari itu alat-alat sebaiknya dibungkus dengan kertas dan tidak dibuka sebelum alat akan digunakan
5.1.2        Inokulasi
-       Agar praktikan mengetahui perkembangbiakan mikroba berdasarkan beberapa teknik inokulasi
Setelah melakukan pengamatan terhadap hasil inkulasi dengan tiga metode yang berbeda dapat dilihat bahwa metode gores merupakan metode dengan biakan mikroba dengan koloni yang terpisah. Halini sesuai dengan pernyataan Winarni (1997) bahwa “Diantara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukupterpisah sehingga dapat tumbuhmenjadi koloni”.
-       Agar praktikan tau teknik inokulasi yang paling sesuai dalam penumbuhan mikroba
Pada dasarnya metode inokulasi memiliki keunggulan tersendiri dari yang lainnya walaupun tujuan dari inokuasi sama yaitu membentuk koloni mikroorganisme yang terpisah pada media yang sesuai. Pada proses ALT misalnya, digunakan ,metode tuang walaupun metode gores lebih unggul pada hasil pengamatan biakan koloni di praktikum teknik inokulasi namun pada ALT justru prinsip dari teknik inokulasi tuanglah yangdibutuhkan.
-       Agar praktikan tau metode dan prosedur dalam teknik inokulasi
Metode yang diterapkan dalam inokulasi tidak jauh berbeda antara satu dengan liannya hanya saja perbedaan terletak pada titik penanaman sampel pada media. Di metode gores sampel hanya digores diatas media tidak di ratakan seperti halnya metode sebar dimana sampel(inokulum) di sebar merata pada permukaanmedia. Sedangkan metode tuang, sampel diletakkan didasar media hal ini akan cocok denganbeberapa tujuan tertentu misalnya untuk meliat pertumbuhan bakteri aerob mesofil pada uji angka lempeng total.
5.2. SARAN
- Sebaiknya seluruh praktikum di perhatikan dan dilakukan dengan seksama oleh praktikan. Karna antara satu judul praktikum dan judul lainnya memiliki kaitan yang erat.
- Dalam percobaan kali ini Praktikan sangat mengharapkan petunjuk dari asisten agar berhati-hati dalam melakukan praktikum. Mengingat bahan percobaan yang mengandung mikroba yang bisa saja mengkontaminasi dan mengganggu kesehatan
- Sebaiknya setiap tindakan dalam melakukan praktikum diarahkan langsung kepada praktikan agar praktikan bisa memahami berbagai teknik dalam laboratorium berkaitan dengan judul yang di praktekkan.




DAFTAR PUSTAKA

Sumarsih, Sri. (2003). Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Tanah UPN
Syahputra, Surya edma. (2012). Inokulasi dan Pemurnian bakteri. Laporan
             Praktikum Mikrobiologi
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2013). Mikrobiologi.
           Jakarta:Kemdikbud.
Aminah, Aan et al. (2013). Penanambiakan Inokulasi. Bandung

Syahrurahman, Agus et al. Mikrobiologi Kedokteran. Tanggerang: Binakarya
            Aksara

Saya sediakan juga format PDFnya silahkan di download DISINI

0 comments:

Post a Comment

Silahkan tambahkan komentar teman-teman, diharapkan menggunakan kata-kata yang pantas. karna kata-kata menunjukkan siapa kita

Powered by Blogger.

CATATAN BEBERAPA OBAT PENTING

Tulisan ini dibuat oleh Asriadi dan Dian Murnanda pada Desember 2019. Untuk versi PDF dapat diunduh pada link yang tersedia di akhir tulis...

Search This Blog